Saturday, October 5, 2024

= Bulan Purnama Di Bukit Pamelean (9) =

= Bulan Purnama Di Bukit Pamelean (9) =

           Kemudian keduanya saling melompat,  terjadilah pergumulan didalam suatu lingkaran yang sulit diikuti mata orang kebanyakan. Sulit dibedakan mana Jasokkal dan mana Jaruas. Yang terlihat hanyalah kilauan gulungan pedang dan percikan bunga api yang berasal dari dua benturan pedang. Sesaat kemudian terlihat mereka berdua masing masing mundur beberapa langkah dan berdiri mematung dan saling pandang. Kemudian terlihat Jasokkal berjalan tertatih tatih dengan menjulurkan pedangnya kearah Jaruas sambil berkata lirih " jurus pedang pembelah langit ". Jasokkal tidak menyangka ternyata Jaruas sudah menguasai ilmu pedang yang mematikan itu. Sementara itu Jaruas tidak berusaha mengelak, namun kemudian ujung pedang Jasokkal mengarah ketanah, Jasokkal tak mampu lagi untuk mengangkat pedangnya, tenaganya terasa terhisap, dan dari lambungnya yang  menganga  karena tertusuk pedang Jaruas mengalir darah dengan deras. Sesaat kemudian Kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya dan dia mulai terhuyung seperti mau jatuh ke tanah, spontan Jaruas melompat dan mendekap badan Jasokkal yang terhuyung itu, kemudian dia baringkan badan Jasokkal yang lemah itu akibatnya baju putih Jasokkal berubah menjadi merah karena dibanjiri darah dari luka lambung Jasokkal. 

          Ternyata hari sudah menjelang pagi, matahari sudah mulai terbit dari balik gunung lubuk raya. Kicau burung terdengar bersahutan dimana mana menyambut pagi, angin pagi terasa menusuk kulit mereka yang hadir menyaksikan pertarungan itu. Suasana menjadi hening, semua diam membisu seolah tidak percaya melihat Jasokkal  terkapar tidak berdaya begitu lemahnya. Dalam keadaan sangat lemah, Jasokkal mencoba membuka matanya, dia melihat seorang kakek tua berambut dan berjenggot putih berjongkok di sebelahnya. Kemudian Jasokkal berkata lirih, hampir tidak kedengaran " Guru !!, maafkan muridmu ini ". Dari kedua matanya menetes air mata. Ternyata orang yang bersembunyi di kegelapan yang menonton pertarungan itu adalah guru mereka Kali Bandahara. Melihat gurunya yang tidak disangka tiba-tiba muncul, Jaruas berlutut sambil memberi hormat kepada gurunya. 

           Kali Bandahara mencoba mengobati luka Jasokkal, namun Jasokkal berkata lirih sudah tidak mungkin lagi lukanya diobati. Dalam keadaan yang semakin lemah, Jasokkal kembali berusaha membuka matanya, dia melihat sekelilingnya, dia sudah dikerumuni orang orang dari kampung Paya bolak, termasuk Romauli putri satu satunya saudara seperguruannya Jasuanon. Melihat luka yang menganga, Romauli tidak sampai hati lagi untuk meminta Jaruas  mememenggal kepala Jasokkal dan membawanya kehadapannya. Jasokkal melihat juga beberapa anak buahnya, termasuk jahatorusan. Sesaat kemudian Jasokkal menutup matanya dan terlihat dia menarik nafas panjang, nafas terakhir. Akhirnya Jasokkal hantu lembah lubuk raya yang perkasa itu, ditakuti banyak orang meninggal dunia dihadapan orang banyak. ( Bersambung 10 )

Arbet Pasaribu/Abepas. 

No comments: