Saturday, October 5, 2024

Bulan Purnama = Bulan Purnama Di Bukit Pamelean (8) =

 Bulan Purnama = Bulan Purnama Di Bukit Pamelean (8) =

        Melihat Jasokkal sudah mencabut pedangnya, Jaruas juga dengan segera mencabut pedangnya. Dia tidak mau lengah, dia mengetahui bagaimana tingginya ilmu silat dan liciknya Jasokkal. Kemudian  mereka saling mendekat dan mulai menundukkan pedangnya masing-masing, menandakan mereka sudah siap untuk bertarung. Sementara itu sepasang mata mengawasinya dari kegelapan dengan penuh kecemasan. 

       Tiba-tiba Jasokkal meloncat sambil menebas leher Jaruas, dengan cepat Jaruas menundukkan kepalanya, dia merasakan desingan pedang Jaruas diatas kepalanya. Kemudian dia dengan cepat membalas serangan Jasokkal sambil menusuk lambung Jasokkal. Melihat tusukan pedang mengarah ke lambungnya, Jasokkal mundur beberapa langkah sambil memukul pedang Jaruas kesamping. Akibatnya terjadi benturan dua pedang yang seperti digerakkan dua tenaga raksasa, terdengar suara memekakkan telinga dan percikan bunga api. Kemudian keduanya mundur beberapa langkah dan saling mengagumi kekuatan tenaga lawannya. Sejenak kemudian terjadilah pergumulan dua orang yang berasal dari satu perguruan. Jasokkal menang ditenaga, sedangkan Jaruas menang di gerakan yang lincah. Setelah bertarung beberapa jam yang melelahkan keduanya, belum ada tanda tanda siapa pemenangnya. Kadang kala Jaruas kelihatan terdesak hebat, kemudian dia berkelit dan berbalik mendesak Jasokkal. Tidak terasa sudah menjelang terbit fajar, suara kokok ayam jantan hutan sesekali mulai terdengar. 

           Sementara itu setelah lewat  waktu subuh, diwaktu yang bersamaan  Romauli dengan beberapa penduduk dari desa Payabolak dan demikian juga beberapa anggota Jasokkal dari markas mereka sama sama menuju Bukit Pamelean. Sesampainya mereka  di Bukit Pamelean dalam waktu yang hampir  bersamaan, ternyata pertarungan  antara Jasokkal dan Jaruas belum berakhir. 

           Mereka melihat pertarungan dua saudara seperguruan sangat seru. Tiba tiba mereka melihat Jasokkal dan Jaruas sama sama mundur beberapa langkah. Sepertinya mereka sudah tiba saatnya untuk mengakhiri pertarungan dengan menerapkan ilmu pamungkas masing-masing yang mematikan dengan taruhan nyawa. Jasokkal memegang gagang pedangnya dengan kedua tangannya serta  mata merah. Menandakan dia sudah siap dengan ilmu pamungkasnya yaitu ilmu Pedang pencabut nyawa, ilmu yang dikembangkannya selama pengembaraannya di lembah gunung Lubuk Raya.  Sementara itu Jaruas bersiap menerapkan ilmu  pedang petir pembelah langit dengan sedikit menekuk kaki kanannya sambil mengangkat pedangnya tinggi tinggi, sehingga terlihat berkilauan diterangi cahaya bulan purnama. Melihat sikap keduanya,  seseorang yang bersembunyi di kegelapan merasa tegang, dia yakin ini akhir dari pertarungan.( Bersambung 9)

Arbet Pasaribu/ Abepas

No comments: