Friday, September 12, 2008

Kejahatan Kenapa Kian Parah pada Bulan Suci

http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacasalam&salamid=1050Serambi :
11/09/2008 10:28 WIB

Kejahatan Kenapa Kian Parah pada Bulan Suci

Jurubicara Partai Aceh (PA), Adnan Beuransah mengatakan, penggranatan rumah mantan Panglima GAM, Muzakkir Manaf di Lamreung, Aceh Besar bukan sebatas teror tapi bisa saja mengarah kepada rencana pembunuhan Ketua PA tersebut. 

Seperti disiarkan harian ini kemarin, granat jenis nanas yang dilempar ke rumah pribadi Ketua KPA itu memecahkan kaca jendela rumah bagian depan dan ruang tamu. Bahkan, bodi dan kaca pintu depan mobil Nissan X-Trail 2,5 milik Muzakkir bolong dan pecah. Sedangkan Mualim, panggilan Muzakkir Manaf di kalangan KPA, saat insiden itu terjadi, sedang tidak di rumah. 

Juru Bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat, Ibrahim bin Syamsuddin mengatakan, kasus ini tidak boleh dilihat sebagai domain kriminal saja, tapi juga bertendensi politis. Karenanya, KPA menginginkan kasus ini disusut tuntas dan pihaknya siap bekerjasama dengan polisi. “Tindakan itu telah merusak kekhidmatan bulan suci Ramadhan. Tindakan ini juga memperpenjang kasus kriminal bersenjata dalam bulan puasa ini,” sebut Ibrahim. 

Senada dengan itu, Komandan Detasemen 88/Antiteror Dit Reskrim Polda Aceh, Kompol Sutri Hamdani mengatakan, penggranatan kediaman Muzakir Manaf, tujuannya hanya untuk membuat keributan. Itu artinya, penggranatan dimaksud silakukan orang yang tidak suka Aceh damai. “Makanya masyarakat dan KPA jangan terpancing teror tersebut.” 

Masyarakat memang tidak terpancing untuk melakukan teror. Tapi, mereka sudah menjadi bagian dari korban teror. Mereka sudah seperti orang “kebakaran jenggot”. Takutnya setengah mati. Apalagi, mereka yang tempat tidurnya ikut bergetar akibat ledakan granat itu. 

Para penanggap kasus penggranatan rumah Muzakkir Manaf, mayoritas melihat peristiwa itu bukan cuma kri,imal biasa, tapi bernuansa politis atau teror. Lalu, apakah kita semua harus malihat seperti opini yang telah mereka bangun sehingga kita tambah bingung dan ketakutan? 

Ya, “memang ada tindak kekerasan/kejahatan menyangkut politik yang dapat dibenarkan (justifiable) tetapi sekaligus juga tidak bisa dibenarkan (unjustifiable). Kejahatan yang unjustifiable sering digolongkan dalam teror/terorisme. Namun untuk membedakan batas tersebut tidaklah mudah. Maka pengertian terorisme sangat tergantung pada pembenaran moral dari pihak yang mendefinisikannya. 

Esensi yang terkandung dari pengertian terorisme adalah adanya unsur pemaksaan kehendak, tindakan atau ancaman kekerasan, menimbulkan rasa takut yang luar biasa pada pihak lain, sasaran sipil/non-kombatan, dan mempunyai tujuan (biasanya tujuan politik). Sedangkan pengertian teror adalah segala bentuk tindakan kejahatan dengan cara kekerasan yang tidak mengindahkan norma-norma kemanusiaan, bermotifkan kejahatan murni atau 

politik dengan tujuan mempengaruhi emosi, perasaan, kemauan, pandangan, sikap serta tingkah laku pihak lain dengan tujuan agar pihak lain memenuhi tuntutannya. Sedangkan teroris adalah pelaku/orang yang melaksanakan atau membantu tindakan terorisme.” 

Pertanyaan kita adalah, mengapa terorisme muncul di sini. Di daerah yang sedang merajut damai. Di tengah masyarakat yang baru saja dihantam mahabencana gempa dan tsunami. Dan, di tengah kekusyukan umat Islam melaksanakan ibadah puasa. 

Ataukah karena kini dalam masa-masa kampanye parpol dan persiapan caleg untuk Pemilu 2009 semua momentum tadi secara tak sadar dilupakan. 

Yang jelas, fenomena terorisme selalu bermuatan perasaan sakit hati yang mendalam terhadap ketidakadilan sosial, ketidakadilan politik, maupun ketidakadilan ekonomi. 

Oleh karena itu kita patut waspada, karena semakin redupnya gaung suara mereka yang terpinggirkan di tengah maraknya ketidakadilan akan lebih mendorong tekad mereka melakukan terorisme.