Wednesday, April 23, 2008

Nabi Zulkiffli

Nabi Zulkifli: Pemimpin Yang Bertanggung Jawab PDF Cetak E-mail
WASPADA Online

Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Anbiya‘ ayat 85). Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik/pilihan. (Q.S. Shad ayat 48).

Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki tanggung jawab terhadap rakyatnya, sehingga kebutuhan-kebutuhan mereka dapat dipenuhinya dengan baik. Kebutuhan dimaksud hanya berkisar kepada dua persoalan yaitu tersedianya kecukupan pangan, dan adanya jaminan keamanan sebagaimana yang dapat dipahami melalui Q.S. Quraisy.

Tipologi pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab adalah tipologi kepemimpinan para nabi dan rasul Allah. Dikatakan demikian, karena hari-hari mereka selalu memikirkan keberadaan umatnya yang tidak saja menyangkut persoalan material, akan tetapi juga persoalan moral. Bentuk dari tanggung jawab yang mereka miliki ialah dengan menumpahkan segala potensi yang dimiliki seperti tenaga, waktu dan pemikiran hanya tertumpah untuk satu tujuan yang mulia yaitu memajukan dan memakmurkan rakyat.

Prinsip yang sangat ideal dari pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab ini adalah prilaku mereka dalam menyikapi keberadaan negara dan rakyat. Dengan kata lain, jika negara sedang menghadapi kesusahan maka pemimpinlah orang pertama yang merasakan kesusahan tersebut. Sebaliknya, jika berkaitan dengan prihal nikmat dan kesenangan, maka pemimpinlah orang yang terakhir merasakan nikmat dan kesenangan dimaksud.

Sosok yang ditonjolkan dalam tulisan ini adalah Nabi Zulkifli dimana bentuk tanggung jawabnya disebutkan Rasulullah berulang kali. Diceritakan bahwa Nabi Zulkifli pernah memberikan 60 (enam puluh) dinar kepada seorang perempuan. Tiba-tiba perempuan tersebut menangis lantaran tidak pernah menerima uang sebanyak itu, akan tetapi dinar yang sebanyak itu masih kurang bila dibanding dengan kebutuhannya. Kemudian Nabi Zulkifli memberikan semua dinar yang ada di tangannya kepada perempuan tersebut.

Selain Nabi Zulkifli, maka Umar bin Khattab pernah memanggul langsung sekarung gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang miskin karena mendapatkan seorang janda memasak batu untuk menidurkan anak-anaknya. Kemudian Umar juga tidak memberlakukan hukum potong tangan kepada pencuri pada musim paceklik karena yang bertanggung jawab dalam kondisi ini adalah pemimpin lantaran tidak mampu menyediakan pangan kepada rakyatnya.

Kasus Nabi Zulkifli di atas plus kasus yang diperbuat oleh Umar bin Khattab menunjukkan betapa pentingnya tanggung jawab bagi seorang pemimpin. Tanggung jawab ini muncul karena mereka adalah orang-orang yang terbaik di kalangan rakyatnya dan juga sosok yang benarbenar pilihan dalam segala hal. Dan oleh karena itu, jika ingin mengharapkan pemimpin yang bertanggung jawab maka pilihlah sosok yang benar-benar memiliki kelebihan seperti sosok Nabi Zulkifli atau -paling tidak- seperti sosok Umar bin Khattab.

Urgensi Memilih Pemimpin Yang Bertanggung Jawab

Salah satu sosok pemimpin yang patut untuk diteladani dalam persoalan tanggung jawab ini adalah Nabi Zulkifli. Al-Hafizh Ibn Katsir dalam bukunya Qashash al-Anbiya‘ menyebutkan, bahwa Nabi Zulkifli adalah sosok pemimpin yang paling bertanggung jawab dalam mengatasi kebutuhan umatnya. Selain itu Nabi Zulkifli juga senantiasa berlaku seadil-adilnya dalam menerapkan hukum di masyarakat. Oleh karena itulah maka beliau dinamai dengan Zulkifli yaitu “pemimpin yang berani memikul tanggung jawab”.

Kedua ayat di atas menyebutkan bahwa dalam hal kesabaran, maka Nabi Zulkifli disejajarkan dengan Nabi Ismail dan Nabi Idris. Dan adapun dalam bidang kebaikan maka Nabi Zulkifli disejajarkan dengan Nabi Ismail dan Nabi Ilyas. Dengan demikian, munculnya sifat kepemimpinan yang bertanggung jawab pada diri Nabi Zulkifli adalah sebagai implementasi dari sifat sabar dan sifat baik yang dimilikinya.

Sifat sabar ini berkaitan dengan persoalan ketuhanan yaitu dengan melaksanakan ketaatan kepadaNya dan menjauhi hal-hal yang berkaitan dengan maksiat, demikian menurut al-Qurthubi. Implikasi dari sifat sabar yang semacam ini akan memudahkan pelakunya dalam menghadapi kasus-kasus yang terjadi di masyarakat. Hal ini disebabkan bahwa persoalan yang ada di masyarakat jauh lebih ruwet bila dibanding dengan persoalan ketuhanan, dan karenanya diperlukan semacam training sebelum terjun memimpin masyarakat.

Salah satu cerminan dari pemimpin yang bertanggung jawab adalah sabar dalam menghadapi tuntutan rakyat. Melalui sifat ini akan mudah baginya mencarikan solusi alternatif yang terbaik, bukan mencari-cari kesalahan dan kelemahan rakyat. Dengan demikian, maka pemimpin yang bertanggung jawab selalu menyalahkan dirinya dalam hal kegagalan, dan sama sekali tidak pernah menimpakan kegagalan tersebut karena ulah rakyatnya.

Rasa tanggung jawab ini harus muncul dari seorang pemimpin, karena keberadaannya sebagai orang yang terbaik dan juga sebagai orang pilihan di antara rakyatnya, sehingga dirinya dianggap sosok yang paling tepat memikul tangung jawab. Oleh karena itu, memilih sosok pemimpin yang seperti ini tidak boleh dilakukan secara serampangan akan tetapi harus dilakukan melakukan seleksi yang ketat. Akhir-akhir ini muncul kesan bahwa rakyat selalu dijadikan “kambing hitam” dari setiap kegagalan pemimpin. Bahkan ketika bencana menimpa sebagian negeri ini, maka yang disalahkan adalah rakyat karena mereka berdomisili di daerah-daerah yang rawan bencana, atau dituduh membuang sampah sembarangan. Vonis yang seperti ini menunjukkan nihilnya rasa tanggung jawab pemimpin karena nilai-nilai kesabaran tidak ada dalam dirinya.

Menyalahkan rakyat bukanlah tindakan yang terpuji bila suatu negara gagal dalam meraih cita-cita kemakmurannya. Adapun yang paling bertanggung jawab dalam persoalan ini adalah pemimpin. Alasannya ialah karena status mereka adalah orang yang terbaik dan yang terpilih di antara rakyatnya sebagaimana halnya Nabi Zulkifli dan nabi-nabi yang lain, demikian disebutkan dalam Q.S. Shad ayat 48. Ayat ini mengisyaratkan bahwa pemimpin yang harus ditaati adalah pemimpin yang memiliki tanggung jawab. Dan oleh karena itu, maka sifat ini dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria untuk memilih pemimpin kapan dan dimanapun. Tanggung jawab ini dapat diukur melalui sifat kesabaran yang dimilikinya plus keberadaannya sebagai orang yang terbaik dan yang benarbenar pilihan di antara rakyatnya.

Untuk mendapatkan pemimpin yang memiliki nilai plus di atas, maka diperlukan keseriusan dalam memilih bukan hanya sebatas pertimbangan menang popularitas. Idealnya, mereka yang dipilih adalah sosok yang terbaik di antara rakyat sebagaimana halnya Allah memilih Nabi Zulkifli yaitu sosok yang paling menonjol bila dibanding dengan umat yang dihadapinya. Hal ini dilakukan agar sosok yang dipilih benar-benar dapat bertanggung jawab dalam membawa rakyatnya untuk menuju kehidupan yang sangat layak.

Penutup

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa pemimpin yang bertanggung jawab tidak akan pernah muncul dengan sendirinya kecuali setelah lulus dalam meresponi perintahperintah Tuhan. Tanggung jawab yang dimiliki oleh Nabi Zulkifli dalam tataran ini bukanlah datang dengan sendirinya, akan tetapi sifat ini muncul setelah melalui beberapa tahapan.

Penulis adalah Dosen Fak. Tarbiyah IAIN SU dan Pengurus el-Misyka Circle.

Thursday, April 3, 2008

Nelayan di Pekan Bada Kab. Aceh Besar


Kegiatan nelyan di pekan bada kabupaten Aceh besar mulai bergeliat seiring dengan rehabilitasi dan rekonstruksi BRR dan juga dengan adanya bantuan NGO di berbagai sektor.


Bagi Nelayan khususnya bantuan ini merupakan berkah baik setelah tsunami maupun konflik yang berkepanjangan di Nangroe Aceh Darussalam.

Selamat Melaut, Hidup Nelayan